Farmasi UMKT Gelar Seminar Nasional Dengan Tema: Bioprospeksi Sumber Bahan Baku Obat Bahan Alam dan Peran Farmasi di IKN
umkt.ac.id - Samarinda, Pada hari Minggu, Tanggal 20 Bulan Agustus Tahun 2023, Pukul 09.00 WITA, telah diselenggarakan Seminar Nasional bertema "Bioprospeksi Sumber Bahan Baku Obat Bahan Alam dan Peran Farmasi di Ibu Kota Negara Terhadap Penerapan Klinis Penyakit Tuberkulosis" di Zoom Meeting (Online). Acara ini dihadiri oleh para ahli, peneliti, dan praktisi farmasi yang bertujuan untuk mendiskusikan potensi sumber bahan baku obat dari bahan alam dan peran farmasi dalam penanganan klinis penyakit tuberkulosis.
Seminar ini menampilkan berbagai pembicara ahli di bidangnya, seperti pada pemateri pertama pada semiar nasional ini adalah Pungky Widiaryanto, S.Hut, M.Sc selaku Direktur Pengembangan Pemanfaatan Kehutanan dan Sumber Daya Air, Otorita IKN yang memaparkan materi yang sangat menarik yaitu dengan tema “Kekayaan Sumber Daya Alam di Ibukota Nusantara”. Materi ini mejelaskan tentang pembangunan ibu kota baru di Indonesia, yang terdiri dari tiga kawasan utama, memiliki tujuan untuk menggerakkan ekonomi dan memanfaatkan keanekaragaman hayati. Pak Pungky menegaskan bahwa rencana ini tidak akan merusak hutan Kalimantan atau lingkungan secara global, sebaliknya akan memperbaiki kondisi saat ini. Meskipun berupaya menciptakan "kota hutan," pembangunan ini tidak akan mengganggu hutan secara berlebihan. Dari luas 177.000 hektar kawasan hijau, sebagian besar sudah rusak akibat aktivitas seperti pertanian, pertambangan, dan perkebunan sawit. Fokus utama dalam proyek ini adalah mencapai netralitas karbon (IKN) dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan adaptif. Penekanan juga diberikan pada perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati, termasuk spesies yang terancam punah dan bernilai tinggi, melalui pemastian kualitas, konektivitas, dan keamanan habitat satwa liar. Dengan demikian, proyek ini berkomitmen untuk mencapai pembangunan berkelanjutan yang menghormati lingkungan dan ekosistem alami.
Pemateri kedua ini dibawakan oleh Dr. Sylvia Utami Tanjung Pratiwi, S.Si, M.Si selaku Dosen Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada / Sekretaris Program Studi S3 Farmasi UGM dengan materi yang disampaikan bertema “Drug Discovery Dari Bahan Alam untuk Pengobatan Infeksi”. Materi ini membahas tentang Penemuan obat dari bahan alam untuk pengobatan infeksi telah menjadi fokus penting dalam upaya mengatasi tantangan penyakit infeksi yang terus berkembang, termasuk yang baru muncul seperti Covid-19. Infeksi merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor seperti kerentanan inang, patogen, dan lingkungan yang mendukung. Meskipun antibiotik telah menjadi andalan untuk mengobati infeksi, resistensi mikroba terhadap antibiotik telah mendorong pergeseran dalam pendekatan pengobatan, dengan semakin banyak penelitian yang mengeksplorasi potensi bahan alam. Bahan alam memiliki sejarah panjang dalam pengobatan tradisional dan telah menghasilkan senyawa-senyawa berharga untuk mengatasi infeksi. Senyawa seperti alkaloid, morfin, quercetin, dan curcumin telah terbukti memiliki aktivitas antimikroba. Bahkan, sebagian besar obat antibiotik berasal dari sumber alam baik dari daratan maupun laut. Penggunaan bahan alam dalam pengobatan infeksi harus memperhatikan proses pengambilan yang cermat, tetapi potensi dan keberlanjutannya sangat menjanjikan.
Pemateri ketiga yaitu Dr. Apt. Maya Dian Rakhmawatie., M.Sc selaku selaku dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang dengan membawakan materi yang bertema “Antimikobatterium Produk Bahan Alam Metabolit Sekunder Mikroba”. Materi ini menjelaskan tentang perkembangan terapi antimikobakterium untuk TB melibatkan obat-obatan kombinasi seperti bedaquiline (BDQ), delamanid, dan pretonamid yang ditemukan 60 tahun lalu. Tujuannya adalah memendekkan durasi terapi, menyederhanakan rejimen, dan mengatasi TB MDR/XDR serta TB/HIV. Penelitian mengarah pada sumber bahan alam, termasuk mikroba seperti Streptomyces sp., untuk menghasilkan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai obat antimikobakterium. Proses produksi melibatkan langkah-langkah dari pra-kultur hingga pengujian aktivitas antimikobakterium setelah ekstraksi metabolit. Tantangan meliputi dereplikasi senyawa yang sudah dikenal, inovasi metabolit sekunder, produksi massal, dan uji klinis. Upaya juga dilakukan dengan enzim dari mikroba seperti Bacillus subtilis subsp subtilis HSFI-9 dan Streptomyces olivaceous untuk mengatasi biofilm mikobakterium. Dalam konteks TB, pengembangan terapi antimikobakterium terus diupayakan untuk menemukan solusi yang lebih efektif dalam penanganan penyakit ini.
Pemateri keempat merupakan Dr. apt. Nanang Munif Yasin, S.Si., M.Pharm selaku Dosen Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada / Wakil Dekan bidang Akademik dan Kemahasiswaan FF UGM yang membawakan materi yang sangat luar biasa dengan tema “Implementasi pelayanan berbasis medication Therapy Management (MTM) pada Terapi TB”. Materi ini menjelaskan tentang evolusi peran apoteker dalam pelayanan kefarmasian telah mengalami transformasi signifikan dari sekadar mengisi resep obat menjadi peran yang lebih holistik dan inklusif. Manajemen Terapi Obat (MTM) menjadi pendekatan yang menghubungkan apoteker dengan pasien, dokter, dan tim medis dalam mengelola kesehatan secara komprehensif. Dalam konteks pelayanan Tuberkulosis (TB) berbasis MTM, apoteker berperan dalam penilaian individu, perencanaan terapi, pemantauan dan evaluasi, penanganan masalah, edukasi, dan kolaborasi dengan tim medis. Pendekatan ini bertujuan meningkatkan efektivitas pengobatan TB, mencegah resistensi obat, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Melalui evolusi dan transformasi ini, peran apoteker semakin menunjukkan komitmen terhadap pelayanan kesehatan yang lebih komprehensif dan berorientasi pada pasien.
Pemateri kelima adalah apt. Eka Siswanto, S.Farm, M.Sc selaku Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda/PD IAI Kalimantan Timur yang menyampaikan materi dengan tema “Tugas dan Peranan Farmasi dalam penanggulangan TB”. Materi ini membahas tentang negara Indonesia pada tahun 2020 menjadi kontributor sebanyak 8,4% dari total kasus Tuberkulosis (TBC) global. Diperkirakan terdapat 800.000 kasus baru TBC setiap tahun, dengan angka kematian mencapai 98.000 orang atau setara dengan 11 orang meninggal setiap jam. Penanggulangan TBC memerlukan sinergi dari berbagai pihak melalui program pemerintah, organisasi kemanusiaan, lembaga seperti USAID, profesi kesehatan, praktisi kesehatan, dan partisipasi masyarakat.
Pemateri keenam adalah Apt. Muh. Irham Bakhtiar, M.Clin.Pharm selaku Dosen Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur yang akan membawakan materi dengan tema “Drug Related Problem (DRP) terhadap Outcome Klinis pada Penderita Tuberkulosis”. Materi ini membahas tentang berbagai aspek terkait Tuberkulosis (TB) dan isu-isu terkait pengobatan dan resistensi obat dalam konteks Indonesia. Ditemukan bahwa Indonesia menyumbang proporsi signifikan dari kasus TB global dan memiliki tantangan dalam mengatasi resistensi obat serta pengelolaan terapi obat yang tepat. Pemantauan Terapi Obat (PTO) menjadi penting untuk memastikan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak diinginkan. Pak Irham menyoroti pentingnya mempertimbangkan interaksi obat dalam pengobatan TB, khususnya pada pasien yang juga menggunakan kortikosteroid. Penggunaan obat-obatan seperti rifampisin dan allopurinol memiliki potensi interaksi yang perlu diperhatikan. Kesejajaran pengobatan dan pelayanan kesehatan yang luas, termasuk layanan kesehatan TB Resistensi Obat (TBC RO), juga menjadi fokus penting dalam upaya penanggulangan TB.
Pemateri terakhir pada seminar ini adalah apt. Deasy Nur Chairin Hanifa, M.Clin.Pharm. selaku selaku Dosen Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur/ WD 2 Bidang Sumber Daya, Riset Pengabdian dan Publikasi FF UMKTyang memaparkan materi dengan tema “Peranan KIE pada penatalaksanaan Tuberkulosis”. Materi ini menjelaskan tentang memberikan pemahaman tentang komunikasi dan faktor risiko Tuberkulosis (TB). Komunikasi melibatkan pesan dari komunikator kepada komunikan melalui berbagai saluran dengan tujuan memberikan dampak sesuai keinginan. Faktor risiko TB mencakup usia, nutrisi, riwayat kontak, lingkungan, dan perilaku, yang menjadi fokus dalam program kesehatan prioritas. Peran Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) penting untuk memahami gejala TB dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengobatan. Komunikasi interpersonal dan media digital khususnya memiliki peran vital dalam menyampaikan informasi kesehatan, terutama dalam menyadarkan pentingnya diagnosis dan pengobatan segera untuk TB.
Mereka membawakan presentasi dan studi kasus tentang upaya biosprospeksi dalam mencari bahan baku obat dari alam yang berpotensi mengatasi penyakit tuberkulosis. Selain itu, para pembicara juga membahas peran farmasi dalam pengembangan formulasi obat yang tepat, dosis yang efektif, dan penanganan klinis yang optimal.
Seminar ini tidak hanya mengundang pemateri yang luar biasa, tetapi mengundang tamu tamu spesial, seperti;
- Dr. apt. Hasysrul Hamzah, S. Farm., M. Sc selaku Deputi IV Kemahasiswaan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
- Apt. Dwi Lestari, M.Si selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
- Dr. Donni Irfandi Alfian, Sp.P., FISR. Selaku Ketua KOPI TB Kalimantan Timur
- Dr. Yanti Evi Arlini Gultom, Sp.P. Selaku Ketua DPPM Samarinda
- Apt. Wisnu Cahyo Prabowo, M.Si. Selaku Ketua PC IAI Samarinda
- Dr. Apt. Arsyik Ibrahim, M,Si. Selaku Ketua PD IAI Kalimantan Timur
- Romi Hendra, SKM selaku Pemegang program TB Paru Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur
- H. Muhammad Faisal, S.Sos., M.Si. Selaku Ketua PD PAFI Kalimantan Timur
Salah satu sorotan dari seminar ini adalah sesi diskusi panel yang melibatkan para ahli, peneliti, dan praktisi farmasi. Mereka secara aktif berbagi pengalaman, pemikiran, dan perspektif mereka terkait tantangan dan peluang dalam memanfaatkan bahan alam sebagai sumber bahan baku obat dan peran farmasi dalam menangani kasus klinis penyakit tuberkulosis. Diskusi yang terjadi menciptakan ruang untuk kolaborasi dan pertukaran ide-ide inovatif. Seminar Nasional ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam meningkatkan pemahaman dan kolaborasi dalam biosprospeksi sumber bahan baku obat dari bahan alam dan peran farmasi dalam penanganan klinis penyakit tuberkulosis di ibu kota negara. Diharapkan hasil dari seminar ini dapat memberikan sumbangan signifikan dalam upaya global untuk mengurangi dampak penyakit tuberkulosis dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.